Goresan pena umy. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Setangkai sakura untuk Cinta Sakura


You are always gonna be my love
itsuna dare ga to koinimo
atarasi.......
Terdengar sepenggal alunan lagu by Mayumi Itsuwa meramaikan suasana pagi di kamar Sakura. Bayang2 mentari semakin jelas. Sinarnya melambai mendorong Sakura untuk segera meninggalkan tempat tercintanya. Sakura lalu sibuk merapikan diri bersiap-siap ke sekolah. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar. Kakinya yang kecil terasa berat untuk diajak beranjak. Tampak ada keletihan di balik senyum manisnya. Karena beribu pertanyaan dari kawan2 yang selalu menjadi menu wajib sarapan paginya di sekolah. “Gimana Ra, udah dapat cowok belum?? Anak mana? Do’I ca’em, tajir and smart enggak?? Do’i…..................???”
Rasanya telinga ini ingin lepas saja dari kepala Sakura, diterpa ribuan kata tanya bertubi-tubi tanpa ada ujungnya seperti itu setiap pagi.
Pagi itu Sakura menyengajakan diri untuk berangkat lebih siang dari biasanya. Karena ia tidak ingin menikmati sarapannya sehari-hari. Dan Sakura berhasil dengan misinya, ia tiba di sekolah pas bel masuk berbunyi. Tidak ada lagi waktu untuk meracik menu wajib itu sebagaimana hari2 kemarin.
Ternyata teman2 tidak putus asa menyerah begitu aja. Sekarang mereka menempatkan menu wajib pada jam istirahat makan siang. “Waduuuhh….......” keluh Sakura.
Akhirnya sebuah ide keluar dari kepala Sakura. Berharap dapat mengakhiri kebiasaan mereka dalam menyajikan menu wajib untuknya.
“Aku ingin cowok yang bener2 cinta sama aku. Bukan karena harta atau paras muka semata. Tapi cinta sejati yang tulus dari hati buat aku. So, akan aku mainkan satu teka-teki. Siapa cowok yang ngasih setangkai sakura buat ngucapin met ultah kepadaku. Dialah cowok yang bakal jadi someone in my heart.” ucapnya dengan setengah menggebu semangat.
Begitu guru killer itu mengakhiri ceramahnya di depan kelas, Sakura langsung mengemasi bawaannya. Dan berhambur ke luar ruangan. Ia tidak ingin di hampiri cowok2 yang mengerumuni mejanya. Untuk sekedar menawarinya pulang bareng. Sakura lebih suka pulang sendiri, tanpa harus menggilir cowok2 itu dengan menyakiti hati diantara mereka karena harus pura2 suka dengan salah satu diantara mereka.
Setibanya di rumah, Sakura di kejutkan oleh tangkaian bunga sakura yang memenuhi ruang tamu rumahnya. Dan secarik kartu mendampingi di setiap tangkai sakura, yang bertuliskan selamat ulang tahun. Sakura menggelengkan kepala sembari senyum tipis mengikutinya.
“Dasar bigos, secepat inikah sayembara itu menghinggapi di setiap telinga cowok2 ini.” sambut Sakura.
Namun bukan hanya itu yang mengherankan Sakura tapi ada lagi yaitu….....
“Bukankah hari ini aku tidak sedang berulang tahun?!. Lalu maksud di balik sakura2 itu apa??” tanda tanya besar dalam hati Sakura.
Keesokkan harinya dan hampir setiap hari, rumah Sakura tidak pernah luput dari yang namanya kiriman setangkai bunga sakura, bersama ucapan met ultah. Dari cowok2 di sekolahnya, ada Miko, Rony, Andi, dan…....... entah siapa yang Sakura sendiri tak tahu faham pastinya bentuk dan rupa paras mereka.
Dua puluh tiga Maret, hari ulang tahunnya yang sebenarnya telah di depan mata. Undanganpun sudah di sebar luaskan ke setiap penjuru di sekolah. Mulai dari para siswa-siswi, guru2 sampai tukang kebun juga tak luput dari undangan itu. Semua berhak untuk ikut memeriahkan pesta itu. Pestapun telah dipersiapkan dengan segala kelengkapannya. Sebagaimana pesta para kaum elitte.
Bintang2 ikut bernyanyi menyambut pesta malam itu. Bulan bersinar penuh, mementulkan cahyanya di hamparan kolam renang, yang berhiaskan lilin2 kecil dengan lampu warna-warni mengelilinginya. Balon aneka rupapun bertaburan dimana-mana. Semua tamu undangan menikmati indahnya pesta, mencicipi setiap hidangan yang disediakan. Dibalut dengan alunan merdu nyanyian dari sang bintang tamu. Berpandukan MC yang asyik ‘n gokil abis.
Malam itu, semua cowok datang dengan setangkai bunga sakura mendampinginya. Namun tidak satupun someone ada diantaranya. Saat detik - detik  menjelang acara peniupan lilin tiba, semua berkumpul mendekat sambil menyanyikan happy birthday untuk Sakura. Mata indah Sakura masih saja berkelana menyusup di tiap celah2 kerumunan para tamu, mengharap someone ada diantaranya.
Tanpa disadari, sinar terang matanya terpaku pada seorang cowok berkemeja biru garis-garis putih yang tengah berdiri di batas pintu masuk. Tapi bukan karena itu Sakura terpana kepadanya, melainkan karena setangkai bunga sakura yang membuat ia pandangannya tak mau berpaling.
“Bukankah sakura itu milikku?! Setangkai sakura dengan pita jingga yang melilit di tangkainya. Sakura yang aku letakkan di tumpukkan sampah di salah satu sudut di belakang sekolah.” gerutu dalam hati Sakura.
“Ya!! Dia…......... datang. Someone ….!” Teriak Sakura mengejutkan semua tamu undangan dan nyanyian sang bintang tamu seketika terhenti.
Jemarinya menunjuk ke arah pintu. Dan semua mata tertuju pada cowok itu. Langsung Sakura meninggalkan kerumunan, berlari menghampiri dia dan memeluknya penuh bahagia. Dengan tanpa ada ragu dia pun membalas pelukan Sakura dengan hangat dekapnya penuh kemesraan.
Lalu dia melepaskan pelukannya digenggamnya erat-erat kedua tangan Sakura dan mendekatkannya ke dadanya.
“Aku Naya…. Sudikah Sakura terima cinta suciku nan tulus dari hati. Dalam balutan setangkai sakura ini??” lembut kata Naya penuh makna meluluhkan hati Sakura.
“…......” tak ada jawaban keluar dari mulut Sakura.
Anggukan pelan perlahan menjadi isayarat dibalik jawabannya, yang mengakhiri penantian Naya dalam ketidak pastian sejenak.

* * *
Memang indah nan menawan tangkaian sakura yang mereka bawa
Namun tak setulus akan cinta yang mereka punya
Dan, sesederhana setangkai sakura Naya
Cerminan akan tulus suci cintanya untuk Sakura.
                                                                                  The End.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS